TUGAS
ILMU
GIZI
DOSEN
: NANIK DWI SUKATI, S. Gz.
DISUSUN
OLEH :
PRIANTO
YAYASAN
EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI
DIII KEPERAWATAN
2011
Definisi
Fast Food
Fast
food secara harafiah artinya adalah makanan cepat saji. Makanan fast food
mengandung kadar lemak jenuh yang berlebihan karena unsure hewaninya lebih
banyak dibanding unsure nabati. Makanan fast food juga kurang serat, kurang
vitamin, dan terlalu banyak sodium. fast food adalah makanan dengan bahan-bahan
bergizi tinggi, akan tetapi proses pengolahannya serta penyajiannya membuat
makanan fast food kehilangan nilai gizi. Meminjam istilah Pak Djoko Pekik
Irianto yang menulis buku Panduan Gizi Lengkap, “Fast food adalah makanan
tinggi gizi yang tak seimbang.”
Makanan
siap saji yang dimaksud adalah jenis makanan yang dikemas, mudah disajikan,
praktis, atau diolah dengan cara sederhana. Makanan tersebut umumnya diproduksi
oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi tinggi dan memberikan berbagai
zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut.
Makanan siap saji biasanya berupa lauk pauk dalam kemasan, mie instan, nugget,
atau juga corn flakes sebagai makanan untuk sarapan.
Bahaya
Fast Food terhadap Kesehatan
Gaya
hidup modern dengan segala sesuatu yang serba praktis seringkali membuat Anda
mengonsumsi makanan siap saji. Akan tetapi, sebelum meneruskan pola makan
seperti ini, ada baiknya mempertimbangkan dulu dampak buruknya bagi kesehatan.
Tidak hanya menjadi pemicu obesitas, makanan cepat saji atau yang lebih dikenal
dengan fast food ini juga bisa menurunkan kepadatan tulang.
Fast food mengandung banyak lemak, sodium, dan gula yang telah dinyatakan bisa menurunkan kepadatan tulang. Selain itu, fast food juga tidak mengandung nutrisi yang seimbang karena proses memasaknya yang tidak bisa dikontrol. Beberapa jenis fast food kaya akan minyak dan mentega, yang tentunya juga tanpa ada jaminan kebersihan, dan hampir tidak tersedia pilihan fast food dengan kadar lemak yang dikurangi. Di samping itu, fast food juga cenderung hanya mengandung sedikit sayur dan buah.
Meskipun Anda merasa mengonsumsi fast food dalam jumlah sedang, para peneliti menyatakan bahwa risiko Anda mengalami obesitas tetap lebih besar. Perbedaan antara fast food dan makanan yang dimasak di rumah, menurut peneliti, adalah jumlah kandungan kalori dalam 1 takaran yang sama.
Jumlah kalori yang seharusnya Anda konsumsi dalam sehari bisa dipenuhi hanya dengan sekali makan di fast food outlet dengan mengonsumsi makanan seperti burger, kentang goreng, minuman dan makanan penutup. Menurut para pakar biologi, makan fast food berlebih bisa memicu perubahan psikologis yang bisa menghentikan kerja hormon-hormon dalam mengirim sinyal kenyang. Karna itu, Anda akan terus makan tanpa sadar.
Fast food mengandung banyak lemak, sodium, dan gula yang telah dinyatakan bisa menurunkan kepadatan tulang. Selain itu, fast food juga tidak mengandung nutrisi yang seimbang karena proses memasaknya yang tidak bisa dikontrol. Beberapa jenis fast food kaya akan minyak dan mentega, yang tentunya juga tanpa ada jaminan kebersihan, dan hampir tidak tersedia pilihan fast food dengan kadar lemak yang dikurangi. Di samping itu, fast food juga cenderung hanya mengandung sedikit sayur dan buah.
Meskipun Anda merasa mengonsumsi fast food dalam jumlah sedang, para peneliti menyatakan bahwa risiko Anda mengalami obesitas tetap lebih besar. Perbedaan antara fast food dan makanan yang dimasak di rumah, menurut peneliti, adalah jumlah kandungan kalori dalam 1 takaran yang sama.
Jumlah kalori yang seharusnya Anda konsumsi dalam sehari bisa dipenuhi hanya dengan sekali makan di fast food outlet dengan mengonsumsi makanan seperti burger, kentang goreng, minuman dan makanan penutup. Menurut para pakar biologi, makan fast food berlebih bisa memicu perubahan psikologis yang bisa menghentikan kerja hormon-hormon dalam mengirim sinyal kenyang. Karna itu, Anda akan terus makan tanpa sadar.
World
Health Organization (WHO) dan Food and Agricultural Organization (FAO)
menyatakan bahwa ancaman potensial dari residu bahan makanan terhadap kesehatan
manusia dibagi dalam 3 katagori yaitu : 1) aspek toksikologis, katagori residu
bahan makanan yang dapat bersifat racun terhadap organ-organ tubuh, 2) aspek
mikrobiologis, mikroba dalam bahan makanan yang dapat mengganggu keseimbangan
mikroba dalam saluran pencernaan, 3) aspek imunopatologis, keberadaan residu
yang dapat menurunkan kekebalan tubuh.
Dampak negatif zat aditif terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung, dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Disamping bahaya dari zat aditif makanan siap saji diatas, bahaya lain yang dihadapi oleh konsumen/pengguna makanan siap saji adalah efek samping bahan pengemas. Unsur-unsur
bahan pengemas yang berbahaya bagi kesehatan konsumen karena terdapatnya zat plastik berbahaya seperti PVC yang dapat menghambat produksi hormon testosteron (Atterwill dan Flack, 1992) kemasan kaleng disinyalir mengandung timbal (Pb) dan VCM (Vinyl Chlorid Monomer) yang bersifat karsinogenik yaitu memacu sel kanker (Media Indonesia, 2003), dan styrofoam bersifat mutagenik (mengubah gen) dan karsinogenik (Kompas, 2003).
Jenis/contoh makanan Fast
Food
1. McSpaghetti
2. Bubur Ayam MCD
3. Mizza
4. Bulgogi Burger
5. Portuguese egg tarts
6. McAloo Tikki
7. Sichuan Mala Whopper
8. Prosperity Burger
9. McRice Burger
10. Seaweed Shake Shake Fries
11. spaghetti
12. burger
13. ayam goring
14. kentang goreng
Saran
Untuk
mengurangi dan meminimalisasi dampak negatif zat aditif makanan dapat di
upayakan dengan beberapa cara antara lain :
1. Secara Internal
Mengurangi konsumsi makanan siap saji, meningkatkan konsumsi sayur dan buah-buahan serta mengkonsumsi vitamin. Beberapa vitamin diduga mengandung zat antikarsinogen diantaranya adalah Vitamin A, C, E banyak terdapat dalam sayur dan buah; asam folat terdapat dalam brokoli, bayam dan asparagus: Betakaroten, Vitamin B3 (niasin), vitamin D dalam bentuk aktif (1.25-hidroksi) terdapat pada mentega, susu, kuning telur, hati, beras dan ikan.
Memberi pengertian pada keluarga tentang bahaya zat aditif, mengawasi, mengontrol pemberian dan penggunaan uang jajan dan membiasakan membawa bekal makanan sehat dari rumah.
2. Secara Eksternal
Produsen; diperlukan kesadaran dan tanggung jawab produsen terhadap penggunaan zat aditif pada bahan pangan yang diproduksikan, memberikan informasi yang jelas komposisi makanan termasuk zat aditif yang ditambahkan.
Pemerintah;
melakukan pengawasan dan menindak tegas produsen yang melanggar aturan yang
berlaku. Meneruskan kegiatan PMT-AS (Program Makanan Tambahan-Anak Sekolah)
dengan memanfaatkan sumber makanan lokal.
Non-pemerintah (LSM); memfasilitasi terbentuknya kelompok konsumen, mendorong peran serta masyarakat sebagai pengawas kebijakan publik, mengantisipasi kebijakan global yang berdampak pada konsumen, melakukan pengawasan dan bertindak sebagai pembela konsumen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar