MAKALAH
MANUSIA
SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL
SOSIOLOGI
Dosen : Hermanto Amd, Kep
Kelompok
1
1. Ade
Saputra
2. Candra
Wiratama
3. Dony
Chandra
4. Jesika
Febriana
5. Oscariando
Peteh
6.
Selsia Dwi Cahyani
Yayasan
Eka Harap Palangkaraya
Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan
Prodi
D-III Keperawatan
2012
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat karunia-Nya
makalah ini dapat diselesaikan dengan semestinya.
Makalah
tentang “Manusia Sebagai Makhluk Sosial“ ini membantu kita agar bisa memahami tentang
kelompok masyarakat.
Penulis
sangat berterima kasih kepada Bapak Hermanto, Amd, Kep yang sudah mengajarkan materi
ini kepada kami. Penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak untuk kami menjadi lebih baik lagi dalam membuat karya ilmiah kepada masyarakat.
Semoga
makalah ini dapat berguna bagi kita semua. Atas kerjasama dari semua pihak baik
dari dalam kampus maupun dari pihak luar penulis ucapkan terimakasih.
Palangaka
raya, April 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.latar
Belakang
Manusia
adalah makhluk multi dimensional, yaitu sebagai personal/individual,
social-komunial, dan spiritual-kosmological. Dari kehidupan ini, muncul konteks
mikrokosmos( pribadi ) dan makrokosmos (alamsemesta ). Polaritas( pemilahan )
manusiaberanekaragam, yaitujasmani-rohani, sacral-profan, natural-nurture.
Masyarakat
adalah suatu organisasi manusia yang saling berhubungan satu sama lain. Bentuk organisasi
ini, bercorak formal (organisasi social seperti karang taruna, desa, dan keluarga
)danfungsional ( seperti masyarakat dayak, jawa ). Masyarakat merupakan
suatu kelompok manusia yang dibawah tekanan serangkaian kebutuhan dan dibawah pengaruh seperangkat kepercayaan, ideal dan tujuan, tersatukan dan terlebih dalam suatu rangkaian kesatuan kehidupan bersama.
suatu kelompok manusia yang dibawah tekanan serangkaian kebutuhan dan dibawah pengaruh seperangkat kepercayaan, ideal dan tujuan, tersatukan dan terlebih dalam suatu rangkaian kesatuan kehidupan bersama.
Suatu kelompok individu
disebut masyarakat ketika memiliki unsur-unsur dasar sebuah masyarakat, yaitu:
a.
Interaksi antar-individu. Interaksi atau
hubungan timbale balik antara satu orang dengan orang lain dapat ditunjukkan dengan
adanya tindakan yang saling berkaitan antara seseorang yang berprofesi sebagai perawat
dengan anggota masyarakat lainnya.
b.
Hubungan antar-individu dalam sebuah masyarakat
tersebut terbentuk dalam satu komunikasi yang saling ketergantungan
(interdepensi).
c.
Menempati wilayah, baik dalam ukuran kecil
maupun ukuran yang sangat luas.
d.
Adaptasi budaya. Kemampuan adaptasi budaya
ini merupakan daya atau kekuatan internal masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan atau perubahan-perubahan social yang terjadi.
e.
Memiliki identitas. Komunitas atau golongan
karena identitas adat dan lokasi misalnya komunitas Sunda dan komunitas Bali.
Selain itu ada pula komunitas yang di ikat oleh identitas budaya. Dalam
kebijakan pemerintah republik Indonesia, unsur masyarakat itu diwujudkan dalam
SARAS (suku bangsa, agama, ras, antargolongan, seks).
f.
Kelompok perkumpulan secara fomal misalnya
posyandu, karang taruna, dan kelurahan.
B. RumusanMasalah
Manusia
adalah makhluk multidimensional, yaitu sebagai personal/individual,
social-komunal, dan spiritual-kosmological.
C. TujuanPenulisan
Untuk
menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang sosiologi.
D. MetodePenulisan
Metode
penulisan yang dipakai dalam makalah ini yaitu dengan mendapatkan materi dari buku
dan menggunakan akses internet.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Masyarakat
Kehidupan yang
berkolektif bukan hanya manusia, binatang pun ada yang memiliki pola kehidupan
kolektif. Misalnya semut, belalang, kijang, sapi, lumba-lumba, dan sebagainya.
Dengan mempelajari kehidupan kolektif
tersebut ada beberapa ciri yang dianggap sebagai ciri kehidupan kolektif.
Namun, hanya manusia yang dianggap sebagai makhluk yang memiliki kesadaran,
kebutuhan, dan kebiasaan berkelompok. Hewan-hewan sebagaimana yang dikemukakan
sebelumnya hanya memiliki kebiasaan berkelompok dan tidak memiliki kesadaran
berkelompok. Sementara manusia dengan dibekali akal pikiran serta rasa hati
menunjukkan keunikan bahwa berkelompok itu merupakan satu kebutuhan. Oleh
karena itu, manusia disebut socius
(keluarga) atau homosocius (binatang
berkelompok).
Sebagai makhluk yang berkelompok, menurut Wheler (dalam Koentjaningrat,
2001 : 115) menunjukkan ciri khusus, yaitu (a) pembagian kerja yang tetap
antara berbagai macam sub-kesatuan atau golongan individu dalam kolektif untuk
melaksanakan berbagai macam fungsi hidup, (b) ketergantungan individu kepada
individu lain dalam kolektif karena adanya pembagian kerja tadi, (c) kerja sama
antar-individu yang disebabkan karena sifat ketergantungan tadi, (d) komunikasi
antar-individu yang diperlukan antarwarga kolektif dan para individu dari luar.
Dalam mencermati asas-asas kehidupan
kolektif ini, menurut Herbert Spencer, asas egoisme adalah mutlak penting untuk
dapat bertahan di alam yang kejam. Asas egois tersebut adalah “mendahulukan kepentingan
diri sendiri diatas kepentingan (orang) lain”. Dengan adanya asas egois itulah
maka individu dapat bertahan. Pada konteks inilah, salah satu prinsip teori
evolusi mendapat dukungan yang lebih kuat, yaitu seleksi alam, “siapa yang kuat
dari seleksi alam maka dia akan bertahan”.
Pada sisi yang lain, kalangan ilmuan sosial
memandang bahwa dalam kehidupan kelompok, asas alturisme merupakan asas yang
mendukung bertahannya individu dalam kehidupan. Alturisme adalah asas berbakti
untuk kepentingan orang lain, memiliki peran dan fungsi yang kuat untuk menjaga
keharmonisan, keutuhan dan kebersamaan kelompoknya di alam. Karena itulah maka
asas altruisme ini membentuknya adanya kerja sama dalam kolektif.
Manusia adalah makhluk hidup yang juga
memiliki ciri kehidupan yang kolektif. Ada tiga kategori episode tingkah laku :
1. Social
episode,yaitu saat anak-anak bereaksi terhadap seseorang
BAB
III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Manusia
adalah makhluk multi dimensional, yaitu sebagai personal/individual, social-komunial,
dan spiritual-kosmological. Dari kehidupan ini, muncul konteks mikrokosmos(
pribadi ) dan makrokosmos (alamsemesta ). Polaritas( pemilahan )
manusiaberanekaragam, yaitujasmani-rohani, sacral-profan, natural-nurture.
3.2
Saran
Kelompok kami memberikan saran agar kiranya Mahasiswa STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA..khusus pada
prodi D III keperawatan ini lebih
menggali dan mempelajari tentang berbagai hal yang terdapat dalam kesehatan
terutama yang berkaitan dengan makhluk sebagai makhluk sosial, sehingga dapat
dipergunakan pada waktu dan terjun ke masyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
Bakar, Osman. 1994. Tauhid Dan
Sains. Bandung: Pustaka Hidayah.
Abraham, Charles dan Eamon Shanley.
1997. Psikologi Sosial untuk Perawat. Jakarta: EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar