MAKALAH
FARMAKOLOGI
Resistensi
Bakteri
Dosen
: Christepanie, Amd. Kep
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 10
1. Herdi
2. Elisa Yulianti
3. Eko Prasetya
4. Muhammad Roby Sugara
5. Nia
YAYASAN
EKA HARAP PALANGKARAYA
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM
STUDI DIII KEPERAWATAN
2012 |
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyusun makalah “Jenis dan fungsi Leukosit” tepat pada waktu
yang diberikan.
Penulis
menyadari kekurangan dalam pembuatan makalah ini oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan
makalah penulis ini.
Semoga
makalah yang penulis buat ini dapat di manfaatkan sebagaimana mestinya. Atas
perhatiannya penulis ucapkan terima kasih
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ................................................................................................. i
Kata Pengantar.................................................................................................... ii
Daftar Isi.............................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang...........................................................................................
1
1.2.
Rumusan Masalah.......................................................................................
1
1.3.
Tujuan Penulisan.........................................................................................
1
1.4.
Manfaat Penulisan......................................................................................
1
BAB 2 TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.
Pengertian Antibiotika................................................................................
2
2.1.1. Penggolongan...................................................................................
2
2.2.
Resistensi Bakteri.......................................................................................
3
BAB 3 PENUTUP
3.1.
Simpulan.....................................................................................................
6
3.2.
Saran...........................................................................................................
7
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR
BELAKANG
Antibiotik merupakan suatu substansi
yang diproduksi oleh mikroorganisme yang secara selektif dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme lain. Antibiotik pertama, penisilin, ditemukan oleh
Alexander Flemming pada tahun 1927. Kemudian, pada tahun 1939, Edward Chain dan
Howard Florey melakukan studi terkait penemuan Alexander Flemming yaitu
penggunaan penisilin pada manusia dalam mengatasi infeksi akibat mikroba
khususnya bakteri.
1.2.
RUMUSAN
MASALAH
·
Uraikan dengan jelas dari resistensi
bakteri?
1.3.
TUJUAN
PENULISAN
Dalam pembuatan makalah
ini penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan bagi
Mahasiswa-mahasiswi DIII keperawatan tentang Resistensi Bakteri.
1.4.
MANFAAT
PENULISAN
Makalah
ini diharapkan dapat berguna bagi mahasiswa-mahasiswi STIKES Eka Harap
Palangkaraya khususnya prodi DIII Keperawatan agar semakin menambah pengetahuan bagaimana proses Resistensi Bakteri.
Palangkaraya khususnya prodi DIII Keperawatan agar semakin menambah pengetahuan bagaimana proses Resistensi Bakteri.
BAB
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengertian Antibiotika
Adalah senyawa kimia khas yang dihasilkan oleh
mikroorganisme hidup, termasuk turunan senyawa dan struktur analognya yang
dibuat secara sintetik dan dalam kadar rendah mampu menghambat proses penting
dalam kehidupan satu spesies atau lebih mikroorganisme.
Antibiotika harus memiliki toksisitas selektif : Sifat
toksisitas selektif : membunuh mikroorganisme yang menginvasi host tanpa
merusak sel host.
Toksisitas Antibiotik lebih bersifat relatif daripada absolut : perlu kontrol konsentrasi obat secara hati-hati sehingga dapat ditolerir tubuh.
Toksisitas Antibiotik lebih bersifat relatif daripada absolut : perlu kontrol konsentrasi obat secara hati-hati sehingga dapat ditolerir tubuh.
2.1.1. Penggolongan
1.
Berdasarkan daya kerja : bakterisid (pada dosis biasa
berkhasiat mematikan kuman, Contoh : pensisilin, sefalosporin, dll),
bakteriostatik (pada dosis biasa berkhasiat menghentikan/menghambat pertumbuhan
kuman, contoh : sulfonamida, kloramfenikol).
2.
Berdasarkan struktur kimia : beta laktam (penisilin,
sefalosporin), aminoglikosida, kloramfenikol, tetrasiklin, rifampisin,
makrolida, polien, antibiotika lain.
3.
Berdasarkan Mekanisme kerja: Menghambat sintesis
dinding sel ataumengaktivasi enzim yang merusak dinding sel mikroba sehinggga menghilangkan
kemampuan untuk berkembang biak, lisis (penisilin, sefalosporin, sikloserin,
basitrasin) Antibiotika yang bekerja langsung terhadap membran sel,
mempengaruhi permeabilitas sehingga menimbulkan kebocoran dan menghilangkan
senyawa intraseluler (polimiksin, nistatin, amfoterisin) Antibiotika yang
mengganggu fungsi ribosom bakteri, menyebabkan inhibisi sintesis protein
(kloramfenikol, tetrasiklin, eritromisin, dll) Antibiotika yang mengganggu pembentukan
asam-asam inti (DNA,RNA) : rifampisin, kuinolon Antagonisme
saingan yaitu menyaingi zat-zat yang penting untuk metabolisme bakteri
(sulfonamid, trimetoprim).
4.
Berdasarkan sasaran kerja: Zat dengan aktivitas sempit
(narrow spektrum) terutama aktif untuk beberapa jenis bakteri saja. Aktif untuk
bakteri gram positif (penisilin G, V, kanamisin, eritromisin). Aktif untuk
bakteri gram negatif (streptomisin, gentamisin, dll), Zat dengan aktivitas luas
(broad spektrum) baik gram positif maupun gram negatif (penisilin,
sefalosporin, dll).
2.2.
Resistensi Bakteri
Antibiotik pertama, penisilin, ditemukan oleh
Alexander Flemming pada tahun 1927. Kemudian, pada tahun 1939, Edward Chain dan
Howard Florey melakukan studi terkait penemuan Alexander Flemming yaitu
penggunaan penisilin pada manusia dalam mengatasi infeksi akibat mikroba
khususnya bakteri. Hasil yang diperoleh mengacu terhadap keefektifan penisilin
dalam mengatasi penyakit infeksi akibat mikroba. Seiring dengan perjalanan
waktu, antibiotik bekerja dengan sempurna dalam mengatasi penyakit infeksi
hingga muncul pendeklarasian oleh bagian bedah US pada tahun 1969, “It’s time
to close the book on infectious disease (Inilah waktunya untuk tutup buku
terhadap penyakit infeksi)”.
Pada tahun 1941, semua strain (jenis) bakteri
Staphylococcus (penyebab umum luka dan infeksi pascaoperasi) peka terhadap
penisilin. Namun, tiga tahun kemudian, strain ini tidak lagi peka terhadap
penisilin atau dengan kata lain resistensi terhadap penisilin. Hingga saat ini,
khususnya di rumah sakit, tidak hanya strain bakteri Staphylococcus yang
diketahui mengalami resistensi terhadap antibiotik namun juga termasuk salah
satunya adalah Pseudomonas, Enterococcus, dan Mycobacterium tuberculosis.
Resistensi bakteri terhadap antibiotik adalah
kemampuan alamiah bakteri untuk mempertahankan diri terhadap efek antibiotik.
Antibiotik menjadi kurang efektif dalam mengontrol atau menghentikan
pertumbuhan bakteri. Bakteri yang menjadi target operasi antibiotik beradaptasi
secara alami untuk menjadi “resisten” dan tetap melanjutkan pertumbuhan demi
kelangsungan hidup meski dengan kehadiran antibiotik.
Secara garis besar resistensi bakteri terhadap antibiotik melalui tiga mekanisme :
Secara garis besar resistensi bakteri terhadap antibiotik melalui tiga mekanisme :
1.
Terjadi mutasi pada porin (lubang-lubang kecil) yang terdapat
pada dinding luar bakteri. Porin ini merupakan suatu jalur bagi antibiotik
untuk masuk dan secara efektif menghentikan pertumbuhan bakteri. Akibat mutasi
yang terjadi pada porin, antibiotik tidak lagi dapat mencapai tempat kerjanya
di dalam sel bakteri.
2.
Adanya inaktivasi antibiotik. Mekanisme ini
mengakibatkan terjadinya resistensi terhadap antibiotik golongan aminoglikosida
dan beta laktam karena bakteri mampu membuat enzim yang merusak kedua golongan
antibiotik tersebut.
3.
Terjadi pengubahan tempat ikatan antibiotik oleh
bakteri sehingga antibiotik tidak mampu lagi untuk berikatan dengan bakteri
sebagai upaya menghentikan pertumbuhan bakteri tersebut.
Terdapat dua hal mendasar terkait dengan terjadinya resistensi bakteri
terhadap antibiotik yaitu kemampuan bakteri untuk berevolusi membentuk
pertahanan diri terhadap antibiotik secara cepat dan kontribusi manusia dalam
membantu bakteri tersebut untuk berevolusi lebih cepat. Kontribusi manusia
menjadi faktor risiko penting dalam resistensi bakteri yaitu penggunaan
antibiotik yang tidak tepat. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat terkait
dengan penggunaan antibiotik yang irrasional. Konteks irrasional bermakna luas.
Pertama, penggunaan antibiotik yang sering dalam pengobatan sehingga dapat
mengurangi keefektifan dari antibiotik tersebut. Kedua, penggunaan antibiotik
yang berlebihan. Beberapa contoh antibiotik yang relatif cepat kehilangan
efektivitasnya setelah dipasarkan karena masalah resistensi adalah
ciprofloxacin dan cotrimoxazole. Banyak dokter yang secara irrasional
meresepkan antibiotik terhadap pasien bahkan ketika pasien itu sama sekali
tidak membutuhkan antibiotik, misalnya saat terserang infeksi virus. Ketiga,
penggunaan antibiotik dalam jangka waktu lama sehingga memberi kesempatan untuk
tumbuhnya bakteri yang lebih resisten (first step mutant).
Penggunaan antibiotik yang tidak tepat serta
irrasional menjadi masalah utama dalam resistensi bakteri terhadap antibiotik.
Penyebab dari hal tersebut adalah peresepan antibiotik yang salah dengan dosis
yang tidak tepat untuk infeksi tertentu. Selain itu, terdapatnya beberapa
kalangan medis yang meresepkan antibiotik berspektrum luas untuk membunuh bakteri
yang menyebabkan infeksi sehingga bakteri target lebih tahan terhadap
antibiotik tersebut yang tidak spesifik untuk dirinya. Permasalahan utama lain
terkait penggunaan antibiotik yang tidak tepat adalah tersedianya antibiotik
secara bebas di pasaran bahkan tanpa resep dokter. Penggunaan antibiotik yang
tidak dipahami pasien juga dapat menjadi salah satu penyebab resistensi
bakteri. Sebagian besar pasien yang mendapatkan terapi antibiotik sering
menghentikan pengobatan saat dirinya merasa secara subjektif lebih baik dari
sebelumnya atau anggapan bahwa dirinya telah sembuh padahal dokter telah
memberi dosis antibiotik yang sesuai untuk dikonsumsi hingga bakteri yang
menjadi penyebab infeksi dapat dibasmi secara tuntas. Hal ini mengakibatkan
bakteri yang ada pada tubuh pasien tersebut tidak secara tuntas dibasmi dan
timbul pertahanan diri yang baru terhadap antibiotik yang sama yang akan
menyerang kelak.
Penggunaan antibiotik yang tidak tepat telah disadari
sebagai sebuah kontribusi utama pada resistensi bakteri. Hal penting yang harus
digarisbawahi dalam hal ini adalah adanya strategi kontrol terhadap penggunaan
antibiotik dalam meningkatkan efektivitasnya terhadap penghambatan atau
pembunuhan bakteri sehingga resistensi bakteri terhadap antibiotik pun dapat diatasi.
BAB
3
PENUTUP
3.1. SIMPULAN
Secara garis besar resistensi bakteri terhadap antibiotik
melalui tiga mekanisme :
1.
Terjadi mutasi pada porin (lubang-lubang kecil) yang
terdapat pada dinding luar bakteri. Porin ini merupakan suatu jalur bagi
antibiotik untuk masuk dan secara efektif menghentikan pertumbuhan bakteri.
Akibat mutasi yang terjadi pada porin, antibiotik tidak lagi dapat mencapai
tempat kerjanya di dalam sel bakteri.
2.
Adanya inaktivasi antibiotik. Mekanisme ini
mengakibatkan terjadinya resistensi terhadap antibiotik golongan aminoglikosida
dan beta laktam karena bakteri mampu membuat enzim yang merusak kedua golongan
antibiotik tersebut.
3.
Terjadi pengubahan tempat ikatan antibiotik oleh
bakteri sehingga antibiotik tidak mampu lagi untuk berikatan dengan bakteri
sebagai upaya menghentikan pertumbuhan bakteri tersebut.
Penggunaan antibiotik yang tidak tepat telah disadari
sebagai sebuah kontribusi utama pada resistensi bakteri. Hal penting yang harus
digarisbawahi dalam hal ini adalah adanya strategi kontrol terhadap penggunaan
antibiotik dalam meningkatkan efektivitasnya terhadap penghambatan atau
pembunuhan bakteri sehingga resistensi bakteri terhadap antibiotik pun dapat
diatasi.
3.2. SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis meminta agar pembaca berkenan
memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan dimasa mendatang. Penulis juga berharap makalah ini dapat dimengerti
oleh siswa dan siswi DIII keperawatan. sehingga dapat menjadi pedoman dalam
melakukan tindakan dalam keperawatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar