BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Semua individu mempunyai kebutuhan dasar untuk
menjalin hubungan dengan orang lain dalam menjalani hidupnya. Komunikasi
merupakan upaya individu dalam menjaga dan mempertahankan individu untuk tetap
berinteraksi dengan orang lain. Komunikasi seseorang adalah suatu proses yang
melibatkan perilaku dan interaksi antar individu dalam berhubungan dengan orang
lain.
Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi sangat
penting karena komunikasi merupakan alat dalam melaksanakan proses keperawatan.
Dalam asuhan keperawatan, komunikasi ditujukan untuk mengubah perilaku klien
dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Sebagai ilmu komunikasi,
individu diposisikan untuk menentukan potensi diri dalam melakukan komunikasi
yang efektif. Untuk dapat melakukannya, individu tentu saja harus memiliki
pemahaman dasar akan proses komunikasi dan bagaimana teori komunikasi berfungsi
dalam hidup individu.
1.2
Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang menjadi pembahasan
makalah ini adalah :
1.2.1
Apa pengertian
komunikasi dalam proses keperawatan ?
1.2.2
Apa yang
dimaksud dengan pengkajian dalam tahap proses keperawatan?
1.2.3
Apa yang
dimaksud dengan diagnosa keperawatan dalam tahap proses keperawaatan?
1.2.4
Apa yang
dimaksud dengan perencanaan dalam tahap proses keperawatan?
1.2.5
Apa yang
dimaksud dengan implementasi atau pelaksanaan dalam tahap proses keperawatan?
1.2.6
Apa yang
dimaksud dengan evaluasi dalam tahap proses keperawatan?
1.3 Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan agar :
1.3.1
Untuk
mengetahui pengertian komunikasi dalam proses keperawatan.
1.3.2
Mahasiswa
dapat manambah pengetahuan tentang cara berkomunikasi yang baik dalam proses
keperawatan yang baik.
1.3.3
Mahasiswa
dapat mengetahui tahap – tahap proses keperawatan.
1.4 Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang kani susun dalam
makalah ini bersumber dari buku - buku tentang Komunikasi Keperawatan dan hasil
dari diskusi kelompok kami.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Komunikasi Dalam
Proses Keperawatan
Komunikasi
adalah suatu yang sangat penting dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Seorang perawat
tidak akan dapat melaksanakan tahapan – tahapan proses keperawatan dengan baik
bila tidak terjalin komunikasi yang baik antara perawat dengan klien, perawat
dengan keluarga atau orang yang berpengaruh bagi klien, dan perawat dengan
tenaga kesehatan lainnya
Proses
keperawatan adalah metode sistematik dimana secara langsung perawat bersama
klien mengidentifikasi dan menentukan masalah, merencanakan dan melaksanakan
tindakan, serta mengevaluasi keberhasilan tindakan yang dilakukan kepada klien.
Kemampuan komunikasi yang baik dari perawat
merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam melaksanakan proses keperawatan
yang meliputi : Tahap pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi.
2.2
Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses
keperawatan. Pengkajian dilakukan oleh perawat dalam rangka pengumpulan data
klien. Data klien diperoleh melalui wawancara (anamnesa), pemeriksaan fisik,
pemeriksaan diagnostik (laboratorium,foto, dan sebagainya), informasi atau
catatan dari tenaga kesehatan lain, dan dari keluarga klien.
Kemampuan komunikasi sangat mempengaruhi kelengkapan
data klien. Untuk itu selain perlunya meningkatkan kemampuan komunikasi bagi
perawat, kemampuan komunikasi klien juga perlu ditingkatkan. Perawat perlu
mengetahui hambatan, kelemahan dan gaya klien dalam berkomunikasi. Perawat
perlu memperhatikan budaya yang mempengaruhi kapan dan dimana komunikasi
dilakukan, penggunaan bahasa, usia dan perkembangan klien.
Banyak hal yang dapat menjadi hambatan klien untuk
mengirim atau memberikan informasi, menerima, dan memahami pesan yang diterima
klien. Hambatan klien dalam berkomunikasi yang harus diperhatikan oleh perawat
antara lain:
2.2.1
Language deficits
Perawat
perlu menentukan bahasa yang dipahami oleh klien dalam berkomunikasi karena
penguasaan bahasa akan sangat mempengaruhi persepsi dan interpretasi klien
dalam menerima pesan secara adekuat’
2.2.2
Sensory deficits
Kemampuan mendengar, melihat, merasa dan membau
merupakan faktor penting dalam komunikasi, sebab pesan komunikasi akan dapat
diterima dengan baik apabila kemampuan sensori klien berfungsi dengan baik.
Untuk klien yang mengalami kelemahan mendengar, maka ada tahapan yang perlu diperhatikan
dalam melakukan pengkajian, yaitu mencari kepastian medik yang mengindikasikan
adanya kelemahan mendengar, memperhatikan apakah klien menggunakan alat bantu
dengar yang masih berfungsi, memperhatikan apakah klien mampu melihat muka dan
bibir kita saat berbicara, dan memperhatikan apakah klien mampu menggunakan
tangannya sebagai bebtuk komunikasi nonverbal.
2.2.3
Cognitive impairrnents
Adalah
suatu kerusakan yang melemahakan fungsi kognitif (misalnya pada klien CVA,
Alzheimer`s, tumor otak) dpat mempengaruhi kemampuan klien dalam menggungkapkan
dan memahami bahasa. Dalam mengkaji pada klien yang mengalami gangguan kognitif
ini, perawat dapat menilai apakah klien merespon (baik respon verbal maupun
nonverbal) ketika ditanya ?. Apakah klien dapat mengucapkan kata atau kalimat
dengan benar?. Apakah klien dapat mengingat dengan baik ? dan sebagai.
2.2.4
Structural deficits
Adanya gangguan pada struktur tubuh terutana pada
struktur yang berhubungan langsung dengan tenpat keluernya suara, misalnya
mulut dan hidung akan dapat mempengaruhi terjadinya komunikasi.
2.2.5
Paralysis
Kelemahan yang
terjadi pada klien terutama pada ekstremitas
atas akan menghambat kemampuan komunikasi klien baik melalui lisan
maupun tulisan. Perawat perlu memperhatikan apakah ada kemampuan nonverbal
klien yang bisa ditunjukkan alam rangka memberikan informasi kepada perawat.
2.3 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
keperawatan dirumuskan berdasarkan data-data
yang didapatkan dalam tahap pengkajian. Perumusan diagnosa keperawatan
merupakan hasil penilaian perawat dengan melibatkan klien, keluarga klien, dan tenaga
kesehatan lainnya tentang masalah yang dialami klien. Proses penentuan masalah
klien dengan melibatkan beberapa pihak tersebut adalah upaya untuk menvalidasi,
memperkuat dan menentukan prioritas masalah klien engan benar. Penentuan
diagnosis tanpa mengkomunikasikan kepada klien apat berakibat salahnya
penilaian perawat terhadap masalah yang dialami klien. Sikap perawat yang
komunikatif dan sikap klien yang kooperatif merupakan faktor penting dalam penetapan diagnosa keperawatan yang
tepat. Kemampuan komunikasi disini juga diperlukan dalam menulis analisis data
yang didapat dari pengkajian serta
mendiskusikannya masalah yang ditemukan baik kepada klien, keluarga maupun
kepada sesama perawat.
2.4 Rencana keperawatan
Dalam mengembangkan rencan tindakan keperawatan
kepada klien, interaksi dan komunikasi dengan klien sangatlah penting untuk
menentukan pilihan rencana keperawatan yang akan dilakukan. Misalnya, sebelum
perawat memberikan diet makanan bagi klien, perawat perlu mengetahui makanan
pilihan, yang di sukai, atau yang alergi bagi klien sehingga tindakan yang
dilakukan menjadi efektif. Rencana tindakan yang dibuat perawat merupakan media
komunikasi antar petugas kesehatan sehingga perencanaan yang di susun perawat
dinas pagi dapat di evaluasi atau di lanjutkan oleh perawat dinas sore dan
seterusnya model komunikasi ini memungkinkan pelayanan keperawatan dapat
dilaksanakan secara berkesinambungan, terukur dan efektif.
Pada
tahap perencanaan ini, perawat harus menentukan prioritas masalah yang harus
diselesaikan, merumuskan tujuan tindakan dan kriteria hasil (kriteria
evaluasi). Rencana tindakan dibuat untuk mengatasu etiologi atau penyebab
terjadinya masalah. Penentuan etiologi atau penyebab dari masalah klien
memerlukan kecermatan dan pengetahuan yang lebih agar acuan dalam membuat
rencana tindakan sesuai dengan sasaran. Kegagalan dalam menentukan etiologi
dengan tepat akan berpengaruh terhadap rumusan tujuan tindakan keperawatan dan
mengganggu keberhasilan tindakan.
2.5
Tindakan keperawatan/implementasi
Tahap pelaksanaan merupakan realisasi dari
perencanaan yang sudah ditentukan sebelumnya. Selama aktivitas pada tahap ini
menuntut perawat untuk terampil dalam
berkomunikasi dengan klien. Umumnya ada 2 kategori aktivitas perawat dalam
berkomunikasi, yaitu saat mendekati klien untuk membantu memnuhi kebutuhan
fisik klien dan ketika klien mengalami masalah psikologis.
Tindakan komunikasi pada saat menghampiri klien :
2.5.1
Menunjukkan muka yang jujur dengan
klien. Hal ini penting agar tercipta suasana saling percaya saat berkomunikasi.
2.5.2
Mempertahankan kontak mata dengan baik.
Kesungguhan dan perhatian perawat dapat dilihat dari kontak mata saat
berkomunikasi dengan klien.
2.5.3
Fokus kepada klien. Agar komunikasi
dapat terarah dan mencapai tujuan yang diinginkan dalam melaksanakan tindakan
keperawatan.
2.5.4
Mempertahankan postur yang terbuka.
Sikap terbuka dari perawat dapat menumbuhkan keberanian dan kepercayaan klien
dalam mengikuti tindakan keperawatan yang dilaksanakan.
2.5.5
Aktif mendengarkan eksplorasi perasaan
klien sebagai bentuk perhatian, menghargai dan menghormati klien.crouch (2002)
mengingatkan bahwa manusia mempunyai dua telinga dan satu mulut. Dalam
berkomunikasi dia menyarankan agar tindakan komunikasi dilaksanakan dengan
perbandingan 2:1, lebih banyak mendengar daripada bicara. Sikap ini akan
mengingatkan kepercayaan klien kepada perawat.
2.5.6
Relatif
rilek saat bersama klien. Sikap terlalu tegang atau terlalu santai juga
tidak membawa pengaruh yang baik dalam hubungan perawat - klien.
Pada tahap ini petugas
kesehatan (perawat, bidan dll) juga harus meningkatkan kemampuan non verbalnya
dengan “SOLER” yang merupakan kependekatan dari :
· S – Sit (duduk) menghadap klien.postur ini memberi
kesan bahwa perawat ada disana untuk mendengarkan dan tertarik dengan apa yang
sedang dikatakan klien.
· O
– Observe (mengamati) suatu postur terbuka (yaitu menahan tangan dan lengan
tidak menyilang). Postur ini menyatakan perawat “terbuka” terhadap apa yang
dikatakan klien. Suatu posisi yang “tertutup” dapat menghambat klien untuk
menyampaikan perasaannya.
· L
– Lean (mencondong kearah klien). Postur ini menyampaikan bahwa perawat
terlibat dan tertarik pada interaksi yang sedang dilaksanakan.
· E
– Establish (melakukan dan menjaga kontak mata). Perilaku ini menyampaikan
keterlibatan perawat dan kesediaan untuk mendengarkan apa yang klien sedang
katakana. Ketidakhadiran kontak mata atau pergeseran mata member pesan bahwa
perawat tidaklah tertarik akan apa yang
dikatakan klien.
· R
– Relax. Rileks adalah penting untuk mengkomunikasikan suatu perasaan atau
kondisi yang nyaman dan harmonis dalam berkomunikasi dengan klien. Kegelisahan
mengkomunikasikan adanyasuatu masalah yang dapat menimbulkan multi tafsir.
2.6
Evaluasi
Komunikasi antara perawat
dan klien pada tahap ini adalah untuk mengevaluasi apakah tindakan yang telah
dilakukan perawat atau tenaga kesehatan lain membawa pengaruh atau hasil yang
positif bagi klien, sebagaimana kriteria hasil yang telah ditentukan pada tahap
sebelumnya. Evaluasi yang dilaksanakan meliputi aspek kognitif, sikap dan
ketrampilan yang dapat diungkapkan klien secara verbal maupun nonverbal. Pada
tahap ini juga memberi kesempatan bagi perawat untuk melihat kembali tentang
efektifitas rencana tindakan yang telah dilakukan.
Semua tahapan proses
keperawatan tersebut diatas membutuhkan kemampuan komunikasi yang adekuat.
Komunikasi merupakan kegiatan mengumpulkan, memadukan, menyamakan, dan
menyalurkan informasi dalam pelayanan kesehatan.
BAB
3
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Jadi
dapat disimpulkan kemampuan komunikasi yang baik dari perawat dalam proses
keperawatan merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam melaksanakan proses
keperawatan yang meliputi : tahap pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
Proses
keperawatan adalah metode sistematik dimana secara langsung perawat bersama
klien mengidentifikasi dan menentukan masalah, merencanakan dan melaksanakan
tindakan, serta mengevaluasi keberhasilan tindakan yang dilakukan kepada klien.
Adapun
tahap proses keperawatan yaitu :
3.1.1
Pengkajian
Merupakan
tahap awal dalam proses keperawatan.
3.1.2
Diagnosa keperawatan
Dirumuskan berdasarkan data – data yang didapatkan
dalam tahap pengkajian.
3.1.3
Perencanaan
Dalam mengembangkan
rencana tindakan keperawatan kepada klien, interaksi dan komunikasi dengan
klien sangatlah penting untuk menetukan pilihan rencana keperawatan yang akan
dilakukan.
3.1.4
Implementasi/pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan realisasi
dari perencanaanyang sudah ditentukan sebelumnya.
3.1.5
Evaluasi
Komunikasi antar perawat dank lien
pada tahap ini adalah untuk mengevaluasi apakah tindakan yang telah dilakukan perawat
atau tenaga kesehatan lain membawa pengaruh atau hasil yang positif bagi klien,
sebagai mana kriteria hasil yang telah ditentukan pada tahap sebelumnya.
3.2
Saran
Bagian
akhir dari makalah ini, kami sarankan bahwa aturan komunikasi dalam proses
keperawatan yang telah ditetapkan dapat dijalankan sesuai prosedurnya dan
mahasiswa/i diharapkan dapat mempersiapkan diri dalam mengumpulkan, memadukan,
menyamakan, menyalurkan informasi dalam pelayanan kesehatan dan meningkatkan
kinerja dalam mewujudkan komunikasi yang adekuat sehingga mampu menjadi
mahasiswa/i professional dalam berkomunikasi secara verbal maupun non verbal
serta diharapkan memiliki pemahaman yang mendalam tentang tahap-tahap proses
keperawatan dalam komunikasi proses keperawatan.
Daftar Pustaka
Arwani.
2002. Komunikasi Dalam Keperawatan.
Jakarta : EGC
Baradero,
Mary. 2006. Buku Saku Konseling Dalam
Keperewatan. Jakarta : EGC
Mundakir.
2006. Komunikasi Keperawatan Aplikasi
Dalam Pelayanan.
Yogyakarta
: Graha Ilmu
Stephen
W. Hulejohn, Karen A. Foss. 2009. Teori
Komunikasi.
Jakarta
: Salemba Humanika
Suryani.
2005. Komunikasi Terapeutik. Jakarta
: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar